Selasa, 09 Mei 2017

kumpulan puisi



Senyum Itu Kembali, Tuhan.
Tuhan…
Tak banyak waktu yang tersisa untuk ku
Untukku menjelaskan dan memahami semuanya
Tak banyak waktu yang tersisa untukku
Mengenal jauh tentang sosoknya
Dan t’lah banyak waktu yang terbuang
Oleh kebodohan dan kecerobohan ini
Tanpa aku berfikir dan memahami lebih dalam
Seandainya aku tak melakukannya
Seandainya aku mampu lebih berhati-hati
Menemukan jawaban dari setiap masalah ini
Mencari cahaya dalam kegelapan
Dan memahami apa yang ia isyaratkan
Tuhan,
Canda dan tawanya yang menemaniku dulu
Aku merindukan kisah itu
Kisah sebatas patok tenda
Dengan keberanian ini
Menghadapi sikap dinginnya
Dibawah rasa yang tersimpan
Tuhan,
Sapaan itu terjawab oleh senyum yang terpancar
Cahaya matanya yang mampu kurasakan
Senyumnya yang menenangkan ku
Senyum itu kembali Tuhan
Setelah lama ku mencari senyum itu dikejauhan
Kini senyum itu hadir untuk ku
Meski terlihat semu oleh penglihatanku
Terimakasih Tuhan,senyum itu kembali
Meski hanya sementara.
Kisah Sebatas Patok Tenda.

sebuah kisah…
 Yang tercipta oleh waktu
Dibumi perkemahan itu
Kedekatan ini tercipta
Kekosongan ini terisi
Lewat sebuah kuis milionary
Canda dan tawa ini terisi
Rasa nyaman yang ia hadirkan
Saat diri ini membutuhkan kenyamanan
Harapanku fajar mampu menjadi senja
Namun, kini
Harapan itu tinggallah harapan
Kekosongan ini masih berharap ia hadir
Meskipun air sungai itu tak akan sama lagi
Meskipun tak seindah api unggun pertama
Tak sesejuk udara pagi lalu
Namun, sebatas patok tenda itu sangat kurindukan
Tersimpan semua kenangan
Pembelajaran dan ujian dibalik semua itu
Perhatiannya yang tak akan sama
Sekalipun ada kisah itu lagi,
Kisah itu akan berbeda dengan kisah sebelumnya
Seandainya kisah ini terulang
Tak akan seindah kisah sebelumnya
Kesempatan mungkin tersisa
Namun, kini
Rasa itu hanya sebuah rasa dalam diam
Cinta dalam kediaman
Dan rasa dalam kesunyian
Harap Rindu

Kenangan dalam kilau sang mentari
membawaku terhayut dalam arus
membuatku rindu akan senyummu
kasih sayang sehangat pelukan mentari
kerinduan akan sosok rembulan
yang menemani setiap malam malamku
membawaku terbang dengan mimpi-mimpiku
arus yang mengalir dengan tenang
ketenangan yang membuatku rindu
rindu sosokmu yang menemaniku
 sewaktu fajar
dan harapku,ketenangan itu tetap untukku
hingga fajar menjadi senja
sampai pelangi tak mampu menutupi
arti sebuah hujan
yang menyegarkan ruang ini
seperti saat ku terbangun
kesegaran dan kesejukan
yang membuatku merindukan pelangi dalam duniaku
sebuah harapan kumbang terhadap bunga
sebuah harapan, rindu dan penantian
yang ingin menemukan mutiara dalam lautan
(doktaviyani)


Warna untuk dunia

Tersenyumlah…
lihat dunia yang penuh dengan warna
penuh dengan keindahan
dan penuh dengan cerita
meskipun cerita itu tak selalu indah seperti pelangi
biarpun keindahannya tak seindah senja
namun, warnanya kan selalu menghias langkah
tersenyumlah,,,
rasakan dunia yang tersenyum untukmu
bangkitlah dari keterpurukanmu
tiada guna untuk kesedihanmu
engkau, dan dunia ini
jadikan duniamu berwarna
dengan senyum yang terlukis diwajah mu
jadilah warna untuk dunia ini
Sekalipun hanya duniamu sendiri
Tersenyumlah untuk luka dalam dirimu
Rubahlah luka mereka menjadi tawa
Tawa yang membuat warna dunia berubah
(doktaviyani)




Penantian


Berjalan mengikuti arus
menapakkan langkah dalam keberanian
menjalani cerita yang t’lah terukir
membuat cerita itu menyenangkan
hingga tak lagi…
mereka sadari
bahwa yang mereka lihat
hanya bayangan semu
bayangan yang mencoba menutupi luka
luka dalam lika liku aliran ini
aliran yang mengalir tenang
bagai air di aliran sungai ini
mungkin,,,
rasa itu tinggallah rasa
hingga sebuah penantian putri malam
dalam sunyinya rumah besar ini
terhapuskan oleh gemuru ombak
Ombak-ombak yang menerjang karang
Seakan-akan mengusik ketenangan yang t’lah tercipta
Penantian yang belum pasti
Kapan akan berakhir,
Penantian, penantian ini
Yang mulai memercikkan kerinduan
(doktaviyani)
Cermin


menutup luka yang tergores
mengobati rasa sunyi yang menghampiri
sebuah pilihan yang tak kumengerti
tentang rasa ini
tentang apa yang ku alami
sebuah perjuangan
sebuah kebisuan
sebuah tanya
tentang keadaan yang mampu kau tutupi
mungkin, engkau melihat karang
yang mampu menghadapi terjangan ombak
atau mungkin,
sebuah besi yang kuat
namun, itu semua tak sekuat yang dirasa
semua itu akan rapuh pada akhirnya
dan
tak selamanya kita berhasil bermain didepan cermin
ada kala dimana kita terlihat rapuh
bukan didepan cermin tapi dibalik cermin yang menutupi
bagai kabut tebal yang akan hilang
perlahan lahan tanpa kita rasa
waktu kita didepan cermin t’lah usai
apa yang tertutup dibalik cermin itu
akan terlihat.
(doktaviyani)


Bisik Hatiku


Untuk fajar menjadi senja
Langit-langit  jingga yang kau ubah
Luka yang telah kau obati
Untuk senyum  yang  kau kembalikan
Lika-liku dunia ini yang  kau ajarkan

Angin yang membisikan sebuah kalimat
Lintas kan sebuah goresan dalam rasa
Bagaiikan cahaya dalam gelap
Air yang mampu melegakan
Bulan yang menerangi malam-malam setelah senja.
(doktaviyani)













Sebatas mimpi.

Dulu,
saat kita dekat,
saat kita berada dalam canda tawa bersama
dan
saat, sepercik rasa itu mulai hadir
hingga sebuah pertanyaan yang kau utarakan
dan tiba dimana saat jawaban itu harus kau ketahui
jawaban yang merubah status kita
namun,
rasa itu mulai merubah segalanya
Saat awan gelap menyelimuti ruang ini
Sosok dari luar itu kembali
Dan merubah kisah kita
Hingga akhirnya,
saat kau sematkan sesuatu
bertuliskan “dream”
dan kau perjelas arti dari tulisan itu
hingga, engkau membawaku
kedalam mimpimu
Dan menjadikanku
hanya sebatas mimpi dalam duniamu
(doktaviyani)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar